Header

Header
Dunia ini gelap. Carilah penerang. yaitu Ilmu Pengetahuan

Sabtu

Apatis

APATIS

Asaku pudar
Tenggelam dalam kelam malam
Tak ada bintang
Tak ada kasih sayang
Sementara kelelawar malam terbang tinggalkan sarang
Dan…rembulanpun tak kuasa pantulkan sinar
Bersama dengan nyanyian syetan yang melolong
Menyumbat nurani, mengikis Iman

Ada kegamangan dalam kalbu
Rasa apatis yang tidak bertepi
Menebar racun pesimis ke pelosok otak
Dan keangkuhan tinggal keangkuhan

Cahayaku lekang
Terkikis oleh manisnya dosa
Yang terwujud dalam gelimang tubuh perempuan telanjang
Aku hilang diri
Hanya desah nafsu yang terus kuasai jiwa
Sementara aku tak tahu kapan akhir dari semua itu

Yang ada hanya hasrat untuk mengulang
Dan terus mengulangi hangatnya dosa
Berkelana mengumbar angkara, menebar benih-benih api neraka

Akankah Tuhan mau menerimaku ?
Hamba penuh noda dosa

Sementara jauh dalam nuraniku
Ada pengharapan atas ampunan Tuhanku
Sembari terus menikmati indahnya dosa-dosa
Mungkinkah itu ?

Aku ingin taubat
Tapi kenapa aku tiada daya
Atau
Apakah aku sudah tersurat menjadi
Calon penghuni neraka ?. Na’udzubillah mindzalik



CINTA

Ketika alam bercerita tentang cinta
Mentaripun riang pancarkan sinarnya
Dan kicau burung mengiringi setiap senyumnya

Ketika Adam menyatakan cinta pada hawa
Bidadaripun tersipu
Sementara Malaikat membentang sayap
Mengucap salam penghormatan
Tanda syukur pada Tuhannya

Dan…
Ketika kucoba satukan rasa
Tuk ungkapkan cinta
Semua mencaci
Benci

Mungkin cintaku hanya seserpih debu
Yang berhambur diantara syafir
Namun salahkah aku tuk mencinta
Dan menjadi pecintanya

Cerca dan hina berganti menyambangi hari
Menimbulkan derita dan lara direlung hati
Akankah berbuah kebahagiaan,
 Bila Tak kulihat senyuman diwajahnya


JALAN KEHIDUPAN

Kumelangkah dalam resah
Menatap jalan yang makin berliku
Dan hatipun kian bimbang
Terhempas angin ujian
Yang silih berganti

Mataku mengabut melihat jalanku yang tak berujung
Mendaki..
Berbatu..
Dan penuh duri…

Ah, aku tiada melihat cahaya diujung sana
Hanya kabut yang menutup..

Bersama deru angin yang melolong
Ku coba terus telusuri jalan ini
Sembari mengharap
Suatu saat aku akan temukan sinar terang
Yang membuatku tersenyum
Tuk songsong masa depan yang ku harapkan
Dengan kuasa Allah pemilik alam.



MALAM  INI AKU TIDAK TAHAJJUD

Ku bercengkrama dengan malam
Menabur harapan pada hujan
Berselimut pada kabut
Yang kian susut

Di ujung malam
Ada syetan merobek iman
Meniup kenikmatan dikedalaman tidur
Melenakan akan kebesaran Tuhan
Mengalun dalam dengkuran panjang
Rasa berat membebani jiwa
Yang menyumbat pada kelopak mata

Ku coba sapa malam
Namun …
Tak kutemukan bintang
Semua kelam
Hanya diriku yang tergolek
Dalam keangkuhan yang tak kunjung padam
Sebab…
Malam ini aku tidak tahajjud. Tuhan




KAU YANG ADA DI HATI…

 Dari dulu sampai sekarang kau jauh di mata

 Tapi selalu dekat dihati….

 Bahkan waktu tak mampu mengubahmu menjadi bayangan

 Kau ada

 Benar-benar ada

 Dalam jiwa

 Dalam doaku dan doamu

 Memberi nafas semangat satu sama lain

 Membingkai kenangan dalam kuburan hati

 Mengubah madu menjadi kemasan manis yang menawan

 Aku juga akan ada

 Dalam hati

 Dalam doa

 Tak akan pernah hilang lagi

 Dan takkan mudah lagi hilang

 Untukmu yang ada dalam hati

 Aku akan menjadi laki-laki sejati

 Membuat permaisuriku menjadi bingkai indah dalam istanaku

 Hanya hati yang tau apa yang ada dihati

 Bahkan bibirpun tak mampu mengucap

 Sepatah kata maupun ribuan kata tak akan mempu menjelaskan hati

 Seperti indah yang kau beri

 Ikhlas dan harapan mu yang kau janjikan adalah abadi

 Karena cinta yang sejati

 Kadang memang tak harus memilki

 Bukan kah surga itu nyata

 Bukankah kita kekal di dalam nya

 Jadi tetaplah semangat menghadapi dunia dan tunggu aku disana




MENTARI
 Hai mentari pagi
 Hari ini kau datang tampak cerah sekali
 Engkau datang tiap hari
 Untuk sumber energi pribumi
 Semua orang berlari pagi
 Untuk menyehatkan diri
 Tanpa kau, hai mentari
 Di seluruh bumi ini
 Akan mati tiada lagi


PENGAMEN KECIL
 Batang tubuhku sebenarnya tak kuat
 tuk menahan teriknya mentari
 di tiga lampu berwarna ini
 Ku ikhlaskan saja
 tuk petik dawai-dawaiku lagi
 Demi nasiku hari ini
 Demi perutku hari ini
 yang kroncongan
 Ku mau minta maafku hari ini
 Tuk para raja jalanan
 Yang berbelas kasihan
 Memberiku uang jajan
 Doaku Tuhan menyertaimu
 Maaf ku, aku terpaksa meminta kepadamu


SIPADAN LIGITAN
 Di perbatasan garismu
 Aku sayu mendengar beritamu
 Lepas dariku, kau kini telah pergi
 Berjuta kenangan, kemasyuran
 Telah tergantikan
 Kemolekanmu , keindahanmu
 Kini bukan milikku lagi
 Kau telah pergi untuk selamanya di negri orang
 Ku juangkan kau di negri seberang
 Tapi tetap saja kau menyeberang tuk berperang
 Kini kau tinggal kenangan
 Di negriku kau kan tetap menjadi
 Warisan cerita yang berkesudahan



ANDAIKAN BOLEH MEMINTA
 Teringat pesan ibu di hari minggu
 saat bus aku tunggu
 Dik, jika ayah pulang
 kamu ingin apa ?
 Aku tidak menjawab, diam
 Dik, kamu mau apa ?
 Aku masih diam, tak menjawab
 Dan ibu pun bosan bertanya
 Saat duduk di atas bus tua yang pengap
 Aku tetap tak menjawab
 Aku hanya bicara pada ibu aku ingin
 belaian kasih sayang ayah dan ibu
 sampai matahari terbit dari barat


ISTANA LANGIT
 Memandang ke angkasa lepas
 biru,putih bahkan abu-abu
 warnamu menampakkan
 Tak terbayang jika manusia
 berpijak di atasnya
 Apa yang akan dirasa,
 senang, gembira pasti bahagia disana.
 Memang manusia tak berhak tinggal
 Apalagi tidur di istana langit
 Hanya Tuhan sang pencipta alam
 Yang menguasai jagad raya,
 Yang bersemayam didalamnya
 Untuk mengatur kehidupan ini
 sampai kiamat nanti tiba


BERGURU PADA SEMUT
 Hitam, merah berjalan merayap
 Menyelinap mencari celah
 Mencari makan.
 Hitam dan merah tak pernah gerah
 Menjunjung makanan bersama sama
 Membawa masuk ke istana raja.
 Berpesta bersama dalam semangat
 yang tetap mempesona.



MU’JIZAT DI ATAS DOA
 Segudang harapan manusia
 tersimpan dalam kata – kata
 Terpanjatkan bersama untaian suara
 yang berisi harapan tuk kehidupan
 Untukmu para siswa Indonesia,
 untaian harapanmu tersimpan dalam doa.
 Terus dan teruslah berdoa
 mendekatlah kepada sang pencipta
 Kuasa ada bersamaNya
 Tak perlu kau resah
 pabila harapan tidak terwujudkan
 Janganlah berputus asa dan tetap berdoa
 karena doa adalah mu’jizatNya


IRAMA NUSANTARA
 Meliuk, membentang, dan menggejola
 Perihalmu menampilkan
 Pabila satu, pabila dua, pabila tiga
 Itu pastilah berbeda
 Sedikit orang yang memperlihatkan
 Apalagi mengerti perihalmu beda itu
 Tak sedikit darah yang ditumpahkan
 ataupun harta dikobarkan
 Tuk menebus gejolak iramamu itu
 Memang hanya satu yang dapat
 meredam ,meluluh, bahkan menyirnakan
 Pabila persatuan tertancapkan di irama nusantaramu


BUAT IBU TERCINTA
 Ibu,
 kala aku beranjak dewasa,
 kala aku membutuhkan tempat bertanya,
 kenapa Ibu pergi?
 Ibu,
 ibu tahu tidak kalau aku sedih?
 ibu tahu tidak kalau aku takut?
 tapi kenapa Ibu pergi?
 Ibu,
 bicara dong, kenapa cuma diam saja?
 memang beban ini cuma milikku saja?
 Ibu,
 kalau memang begitu adanya,
 doakan aku supaya kuat,
 doakan aku supaya bijak
 dan tidak terinjak-injak…

Dari putrimu
 yang sangat menyayangi,
 merindukan,
 dan membutuhkanmu….

Aku ingin sehat
 Badan kurus kering kerontang
 tak nafsu makan
 Bagaikan bunga-bunga kering
 yang beterbangan
 Pagi hari yang indah
 Harus bangun tanpa gundah
 Tinggalkan kelana
 Memutar badan berolahraga
 Minum dan makan membahana
 Menggapai tubuh sehat maha sempurna


KEMERDEKAAN INDONESIA
 Aku bisa tertawa
 Aku bisa bergaya
 Aku bisa berpesta
 Aku bisa tamasya
 Karena Indonesia telah merdeka
 Kemerdekaan yang mahal harganya
 yang tak dapat diukur dengan harta
 sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua
 Kini kewajibanku sebagai anak bangsa
 Belajar tekun untuk membangun bangsa
 Agar nanti menjadi negara yang kaya raya

Aku ingin….
 Pahlawan yang telah gugur dahulu
 dapat tertawa lega melihat anak cucunya bahagia
 Mereka dapat tidur nyenyak di sisi-Nya


SAAT MATAHARI BERSINAR
Pagi yang sunyi
Hari ini aku terbangun
Aku sujud
Mensyukuri…hembusan nafasku masih menyatu
Dalam ragawi yang fana

Di ufuk timur,
Aku dapat melihat lagi
Sang raja siang bersinar megah

Tahukah kau…
Aku tiada bisa berhenti mengagumi matahari
Panas yang terpancar menyentuh bumi
Semarakan kehidupan

Tanpa matahari
Dunia beku
Hanya salju tebal yang merajai
Tak ada kehidupan

Aku mengagumi matahari
Karena matahari adalah bukti
Betapa hebatnya Tuhan
Tiada yang dapat menandingi Tuhan

Dari balik tirai jendela…
Saat cahaya matahari menyentuh helai dedaunan
Aku lihat…
Sebuah lukisan alam nan indah



INDONESIAKU

Malang nasibmu, Indonesiaku…
 tiga setengah abad engkau di jajah
 kucuran keringat dan darah, harta sekalipun nyawa di korbankan para pejuang.

66 tahun silam engkau bebas dari penjajahan, kata mereka.
 malang nasibmu, indonesiaku…
 engkau berada di tangan para penjilat harta dan tahta
 sang merahputihpun tetap berkibar di sana, seakan menampar muka para penguasa korup
 Burung garudapun tetap bertengger di sana.
 Burung garuda berkata “hai penguasa…! turunkan aku dari sini, kau merongrong indonesiaku”
 merekapun diam membisu, di anggapnya patung tiada guna.
 malang nasibmu, indonesiaku…
 mereka berebut kekuasaan…


PAHLAWAN


Di balik dawai dia berjasa,

Bersembunyi namun terdengar,

Pengantar alunan tanpa terpandang,

Deretan nada tercipta oleh getaran,

Tanpa jasa, beliau mengantar ketentraman di keramaian,

Sekarang, alunan tercipta indah,

Mengalun tenang dan menidurkan,

Menidurkan mereka sehingga terbuai kenikmatan,

Tidak ingat pengantar, lupa akan pembawa kenikmatan,

Nikmat, nikmat, dan nikmat..

Tanpa tahu getir pahit sang pengantar kenikmatan..

Kawan… ingatkah kalian akan pahlawan?


UNTUK PAHLAWAN NEGERIKU

Untuk negeriku…
 Hancur lebir tulang belulangku
 Berlumur darah sekujur tubuh
 Bermandi keringat penyejuk hati
 Kurela demi tanah air negeriku
 Sangsaka merah berani
 Putih suci
 Melambai-lambai ditiup angin
 Air mata bercucuran, menganjungkan doa
 untuk pahlawan negeri
 Berpijak berdebu pasir
 Berderai kasih hanya untuk pahlawan jagad raya
 Hanya jasamu bisa kulihat
 Hanya jasamu bisa kukenang
 Tubuhmu hancur hilang entah kemana
 Demi darahmu ….
 Demi tulangmu ..
 Aku perjuangkan negeriku ini, Indonesia.


SEMANGAT PAHLAWAN

Ku lihat engkau di sana, pahlawan

Tak menyerah patah arang

Tak gentar medan kau lawan

Bersorak-sorai tanda kemenangan

Letih raga kau rasa

Jatuh tanda tak kalah

Di sini ku kan berdoa

Bangkit hadapi menyerang lawan

Tak dengar caci mereka

Berjalan, Tuhan akan berkata

Hamba bersujud berharap

Mentari senyum tanda melawan

Ku lihat engkau di sana, pahlawan

Walau tulang tak lagi menyatu

Tapi jiwa berkata beda

Semangat maju takkan luntur

Kini, mimpi telah usai

Tapi cita takkan berhenti

Perjalanan hidup panjang di sini

Semangat pahlawan kembali



Dan berikut ini adalah kumpulan dari puisi pahlawan yang berasal dari pujangga besar tanah air Chairil Anwar.


DIPONEGORO

Di masa pembangunan ini
 tuan hidup kembali
 Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
 Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
 Pedang di kanan, keris di kiri
 Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
 Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti
 Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri
 Menyediakan api.

Punah di atas menghamba
 Binasa di atas ditindas
 Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
 Jika hidup harus merasai

Maju
 Serbu
 Serang
 Terjang


PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO

Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
 Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
 dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
 Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
 Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
 Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
 Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
 Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh

(1948)

PRAJURIT JAGA MALAM

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
 Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
 bermata tajam
 Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
 kepastian
 ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
 Aku suka pada mereka yang berani hidup
 Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
 Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu……
 Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !

KRAWANG-BEKASI

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
 tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
 Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
 terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
 Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
 Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
 Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
 Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
 Tapi adalah kepunyaanmu
 Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
 atau tidak untuk apa-apa,
 Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
 Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
 Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
 Teruskan, teruskan jiwa kami
 Menjaga Bung Karno
 menjaga Bung Hatta
 menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
 Berikan kami arti
 Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
 yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
 Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi


UNTUK IBU PERTIWI

Bukit-bukit di negeriku kini tenggelam
Oleh darah dan air mata
Apa yang dapat dilakukan oleh seorang anaknya yang merantau?
Untuk masyarakatnya yang sengsara?
Apa pula gunanya keluh-kesah
Seorang penyair yang sedang tidak di rumah?
Seandainya rakyatku mati dalam pemberontakan menuntut nasibnya,
Aku akan berkata “Mati dalam perjuangan
Lebih mulia dari hidup dalam penindasan”
Tapi rakyatku tidak mati sebagai pemberontak
Kematian adalah satu-satunya penyelamat mereka,
Dan penderitaan adalah tanah air mereka

Ingatlah saudaraku,
Bahawa syiling yang kau jatuhkan
Ke telapak tangan yang menghulur di hadapanmu,
Adalah satu-satunya jambatan yang menghubungkan
Kekayaan hatimu dengan cinta di hati Tuhan.

Ya itulah sebuah puisi yang dibuat oleh seorang Khalil Gibran, penyair yang terkenal dan hidup dari  1833 sampai 1931. benar-benar puisi ibu yang dapat membuat kita menangis bukan?


IBU PERTIWI…

Jika angin tak lagi berhembus

Jika api tak lagi membara

Jika ar tak lagi mengalir

Jika tanah tak lagi membongkah

Apa kita masih dapat berkata?

Tentang hasrat dan milik

Tentang jiwa dan rasa

Tentang dunia yang dipijak nestapa

Tentang duka menyelimuti langkah

Ibu Petiwi…

Masih adakah celah?

Untuk menyimpan gelisah

Untuk menyembunyikan langkah

Tidak, Bu!

Meskipun celah berongga

Dada kita tetap menganga

Meskipun jari tersembunyi

Mata dan telinga tetap terjaga

Ingatlah…

Wahai Ibu Pertiwi

Kami..,

Putra putri bangsa akan melangkah

Dalam langkah satu dan satu

Bukan melompat

Setelah itu kami terjerat!

Tidak ada komentar: