Header

Header
Dunia ini gelap. Carilah penerang. yaitu Ilmu Pengetahuan
Tampilkan postingan dengan label Kisah Hikmah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah Hikmah. Tampilkan semua postingan

Selasa

Tikus dan Perangkap Pak Tani


Tulisan metafora dari milis sebelah (tidak diketahui penulis pertamanya). Di dalam kisah ini bodoh, pintar, egois, peduli, semua bercampur baur pada kisah ini. Semoga dapat memberi hikmah dan pelajaran bagi anda yang membacanya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sepasang suami istri petani pulang ke rumah setelah berbelanja. Seekor tikus memperhatikan maknan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar. Ternyata, salah satu yg dibeli petani ini adalah sebuah perangkap tikus. Sang Tikus kaget bukan kepalang.
Ia segera berlari menuju kandang, mendatangi ayam dan berteriak ada perangkap tikus. Sang ayam berkata, “Tuan Tikus, aku turut bersedih, tapi perangkap itu tidak berpengaruh padaku”
Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak. Sang Kambing pun berkata “Aku turut bersimpati, tapi tidak ada yang bisa aku lakukan”
Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama. “Maafkan aku, tapi perangkap tikus tidak berbahaya buatku sama sekali”
Ia lalu lari ke hutan dan bertemu Ular. Sang Ular berkata, “Perangkap Tikus yg kecil tidak akan mencelakai aku”
Akhirnya Sang Tikus kembali ke rumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri.
Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat perangkap tikusnya, ternyata seekor Ular berbisa. Buntut Ular yang terperangkap membuat Ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah. Walaupun sang Suami sempat membunuh Ular tersebut, sang Istri tetap harus dibawa ke rumah sakit.
Beberapa hari kemudian Istrinya demam. Ia lalu minta dibuatkan sop ceker Ayam oleh Suaminya. Dengan segera ia menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya. Tetapi sakit sang Istri tak kunjung reda.
Seorang teman menyarankan untuk makan hati Kambing. Ia lalu menyembelih Kambing untuk mengambil hatinya. Namun istrinya tetap tidak sembuh dan akhirnya meninggal dunia.
Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman, sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya utk memberi makan para pelayat.
Dari kejauhan sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat perangkap tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.

Kisah Hikmah



Belajar dari Keikhlasan Tukang Sol Sepatu

Baru saja membaca kisah tukang sol sepatu di Yogyakarta. Entah kisah nyata atau cuma fiksi, tetapi cerita tentang orang-orang yang ikhlas selalu menarik untuk diambil hikmahnya. Sesungguhnya orang-orang yang selalu ikhlas, sabar, jujur, akan mendapat pertolongan dari Allah SWT, seperti kisah bapak tukang sol sepatu di bawah ini.

Cerita ini saya peroleh dari milis, tetapi setelah saya cari di Google ketemu juga beberapa blog yang memuat tulisan serupa, antara lain di blog ini. Siapa ya penulis pertamanya? Semoga anda yang menulis pertama kali mendapat pahala dari Allah SWT karena telah berbagi cerita kebaikan. Ceritanya “amazing” dan menambah semangat untuk selalu berempati kepada orang-orang kecil di sekitar kita.

Saya muat kembali kisahnya di bawah ini agar dapat memberikan hikmah kepada pembaca.

~~~~~~~~~~~~~

Kisah Tukang Sol Sepatu

Cuaca hari ini sangat sangat panas. Mbah Sarno terus mengayuh sepeda tuanya menyisir jalan perumahan Condong Catur demi menyambung hidup. Mbah Sarno sudah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang solsepatu keliling. Jika orang lain mungkin berfikir “Mau nonton apa saya malam ini?”, Mbah Sarno cuma bisa berfikir “saya bisa makan atau nggak malam ini?”

Di tengah cuaca panas seperti ini pun terasa sangat sulit baginya untuk mendapatkan pelanggan. Bagi Mbah Sarno, setiap hari adalah hari kerja. Dimana ada peluang untuk menghasilkan rupiah, disitu dia akan terus berusaha. Hebatnya, beliau adalah orang yang sangat jujur. Meskipun miskin, tak pernah sekalipun ia mengambil hak orang lain.

Jam 11, saat tiba di depan sebuah rumah di ujung gang, diapun akhirnya mendapat pelanggan pertamanya hari ini. Seorang pemuda usia 20 tahunan, terlihat sangat terburu-buru.

Ketika Mbah Sarno menampal sepatunya yang bolong, pemuda tadi terus menerus melihat jam. Karena pekerjaan ini sudah digelutinya bertahun-tahun, dalam waktu singkat pun ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya.

“Wah cepat sekali. Berapa pak?”

“5000 rupiah mas”

Sang pemuda pun mengeluarkan uang seratus ribuan dari dompetnya. Mbah Sarno jelas kaget dan tentu ia tidak punya uang kembalian sama sekali apalagi sang pemuda ini adalah pelanggan pertamanya hari ini.

“Wah mas gak ada uang pas ya?”

“Nggak ada pak, uang saya tinggal selembar ini, belum dipecah pak”

“Maaf Mas, saya nggak punya uang kembalian”

“Waduh repot juga kalo gitu. Ya sudah saya cari dulu sebentar pak ke warung depan”

“Udah mas nggak usah repot-repot. Mas bawa dulu saja. Saya perhatikan mas lagi buru-buru. Lain waktu saja mas kalau kita ketemu lagi.”

“Oh syukurlah kalo gitu. Ya sudah makasih ya pak.”

Jam demi jam berlalu dan tampaknya ini hari yang tidak menguntungkan bagi Mbah Sarno. Dia cuma mendapatkan 1 pelanggan dan itupun belum membayar. Ia terus menanamkan dalam hatinya, “Ikhlas. Insya Allah akan dapat gantinya.”

Waktu menunjukkan pukul 3 lebih ia pun menyempatkan diri shalat Ashar di masjid depan lapangan bola sekolah. Selesai shalat ia berdoa.

“Ya Allah, izinkan aku mencicipi secuil rezekimu hari ini. Hari ini aku akan terus berusaha, selebihnya adalah kehendakMu.”

Selesai berdoa panjang, ia pun bangkit untuk melanjutkan pekerjaannya.

Saat ia akan menuju sepedanya, ia kaget karena pemuda yang tadi siang menjadi pelanggannya telah menunggu di samping sepedanya.

“Wah kebetulan kita ketemu disini, Pak. Ini bayaran yang tadi siang pak.”

Kali ini pemuda tadi tetap mengeluarkan uang seratus ribuan. Tidak hanya selembar, tapi 5 lembar.

“Loh loh mas? Ini mas belum mecahin uang ya? Maaf mas saya masih belum punya kembalian. Ini juga kok 5 lembar mas. Ini nggak salah ngambil mas?”

“Sudah pak, terima saja. Kembaliannya, sudah saya terima tadi, pak. Hari ini saya tes wawancara. Telat 5 menit saja saya sudah gagal pak. Untung bapak membiarkan saya pergi dulu. Insya Allah minggu depan saya berangkat ke Prancis pak. Saya mohon doanya pak”

“Tapi ini terlalu banyak mas”

“Saya bayar sol sepatu cuma Rp 5000 pak. Sisanya untuk membayar kesuksesan saya hari ini dan keikhlasan bapak hari ini.”

Tuhan punya cara tersendiri dalam menolong hamba-hambaNya yang mau berusaha dalam kesulitannya. Dan kita tidak akan pernah tahu kapan pertolongan itu tiba.

Keikhlasan akan dibalas dengan keindahan.
Kesuksesan akan menyertai keikhlasan dan rasa syukur.