Header

Header
Dunia ini gelap. Carilah penerang. yaitu Ilmu Pengetahuan

Sabtu

Artikel

.::. Bidadari Surga itu…. Seperti Apa Ya?? .::.

Posted on by themagicofscience
Telah ada beberapa buku yang di dalamnya menjabarkan bagaimanakah bidadari surga itu, secara fisik dan non fisik. Dan dari gambaran detail itu, pastinya akan membuat yang tahu akan menjadi sangat merindukan bidadari surga. Untuk singkatnya tentang gambaran seperti apakah bidadari itu, saya cuplikkan ayat-ayat dalam Al-Qur’an dan hadits yang berhasil saya temukan, atau gak sengaja ketemu.
Gambaran Bidadari dalam Al-Qur’anul Karim
“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jeli matanya, seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik.”
(Qs. Ash-Shaaffaat [37]: 48-49)
“Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya.” (Qs. Shaad [38]: 52)

“Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin.”
(Qs. Ar-Rahmaan [55]: 56)
“Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (Qs. Ar-Rahmaan [55]: 58)
“Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang baik- baik lagi cantik-cantik.”
(Qs. Ar-Rahmaan [55]: 70)
“(Bidadari-bidadari) yang jeli, putih bersih, dipingit dalam rumah.”
(Qs. Ar-Rahmaan [55]: 72)
“Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin.” (Qs. Ar-Rahmaan [55]: 74)
“Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah.” (Qs. Ar-Rahmaan [55]: 76)
“mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.” (Qs. Ath-Thuur [52]: 20)
“Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik.”
(Qs. Al-Waaqi’ah [56]: 22-23)
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya.”
(Qs. Al-Waaqi’ah [56]: 35-37)
Gambaran Bidadari dalam Hadits
Ath-Thabarany menuturkan, kami diberi tahu Bakr bin Sahl Ad-Dimyaty, kami diberitahu Amru bin Hisyam Al-Biruny, kami diberitahu Sulaiman bin Abu Karimah, dari Hisyam bin Hassan, dari Al-Hassan, dari ibunya, dari Ummu Salamah Radhiallahuanha, dia berkata, “Saya berkata,”Wahai Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah tentang bidadari-bidadari yang bermata jeli”.”
Beliau menjawab,”Bidadari yang kulitnya putih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilau seperti sayap burung nasar.”
Saya berkata lagi,”Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku tentang firman Allah, “˜Laksana mutiara yang tersimpan baik.”(Al-Waqi’ah: 23)
Beliau menjawab,”Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tidak pernah tersentuh tangan manusia.”
Saya berkata lagi,”Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, “˜Di dalam surga-surga ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.” (Ar-Rahmaan: 70)
Beliau menjawab,”Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jeli.”
Saya berkata lagi,”Jelaskan padaku firman Allah, “seakan-akan mereka adalah telur (burung onta) yang tersimpan dengan baik.” (Ash-Shaaffaat: 49)
Beliau menjawab,”Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung kulit bagian luar, atau yang biasa disebut putih telur.”
Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan padaku firman Allah, “˜Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (Al-Waaqi’ah: 37)
Beliau menjawab,”Mereka adalah wanita-wanita yang meninggal pada usia lanjut, dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yang dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Dia menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi dan umurnya sebaya.”
…………….(hingga akhir hadits).
Disebutkan dalam catatan kaki buku Raudhatul Muhibbin, halaman 201: ”Pengarang (Ibnul Qoyyim) menyebutkan hadits ini di dalam bukunya Hadil Arwah. Di sana dia memberi catatan: Sulaiman bin Abu Karamah menyendiri dalam riwayat ini. Abu Hatim menganggapnya dha’if. Menurut Ibnu Ady, mayoritas hadits-haditsnya adalah mungkar dan saya tidak melihat orang-orang dahulu membicarakannya. Kemudian dia menyebutkan hadits ini dari jalannya seraya berkata, “Hanya sanad inilah yang diketahui.”
Nah, dari sedikit gambaran (visualisasi) dari sosok bidadari itu, sudahkah dapat membuat kita (yang ikhwan) merindukannya?? [ ]

=================================================
kapal-nabi-nuh3
kapal-nabi-nuh6deck-kapal-nabi-nuh
Bahtera (kapal) Nuh telah lama menjadi kontroversi di dunia arkeologi. Sejarah mencatat bahwa Nuh diperintahkan Tuhan untuk membuat sebuah bahtera karena Tuhan berniat menurunkan hujan maha lebat ke bumi. Al-Quran mengisahkan bahwa Nuh mentaati perintah tersebut dan tepat pada waktu yang telah ditentukan Tuhan, maka turunlah hujan yang sangat lebat ke muka bumi dan menenggelamkan semua makhluk hidup yang ada. Nuh beserta keluarganya dan binatang-binatang yang diselamatkannya kemudian mengapung bersama bahtera tersebut.
Kisah tersebutkemudian menjadi bahan perbincangan yang hangat di kalangan sejarawan dan arkeolog. Ada pihak yang mendukung bahwa kisah tersebut adalah nyata, namun ada juga yang menganggapnya hanya sekedar dongeng. Namun, perdebatan tersebut kini berakhir dengan telah ditemukannya bukti-bukti ilmiah berkaitan dengan kisah tersebut. Sisa-sisa bahtera tersebut ditemukan pertama kali oleh seorang Kapten angkatan darat dari militer Turki. Ia menemukannya secara tidak sengaja pada waktu meneliti foto-foto wilayah pegunungan Ararat. Kemudian untuk mengkonfirmasi temuan tersebut, diundanglah ahli-ahli arkeologi dari Amerika Serikat untuk meneliti keabsahannya.
anchor-stone-kapal-nabi-nuh5
Pada ekspedisi ilmiah yang kemudian dilakukan pada ketinggian 7000 kaki, sekitar 20 mil sebelah selatan puncak gunung Ararat, mereka menemukan sebuah kapal sepanjang kira-kira 500 kaki yang telah membatu. Pengukuran yang kemudian dilakukan pada obyek tersebut menghasilkan suatu kesimpulan yang mencengangkan, karena ukuran panjang, lebar dan tinggi penemuan arkelogi tersebut sama persis dengan ukuran bahtera Nuh . Saat ini, lokasi penemuan bahtera tersebut telah menjadi obyek wisata yang dapat dikunjungi semua orang.

==========================================


::. Mengapa Kita Membaca Al-Quran Meskipun Tidak Mengerti Satupun Artinya? .::.

Posted on by themagicofscience
Seorang muslim tua Amerika tinggal di sebuah perkebunan/area di sebelah timur Pegunungan Kentucky bersama cucu laki-lakinya. Setiap pagi Sang kakek bangun pagi dan duduk dekat perapian membaca Al-qur’an. Sang cucu ingin menjadi seperti kakeknya dan memcoba menirunya seperti yang disaksikannya setiap hari.
Suatu hari ia bertanya pada kakeknya : “ Kakek, aku coba membaca Al-Qur’an sepertimu tapi aku tak bisa memahaminya, dan walaupun ada sedikit yang aku pahami segera aku lupa begitu aku selesai membaca dan menutupnya. Jadi apa gunanya membaca Al-quran jika tak memahami artinya ?
Sang kakek dengan tenang sambil meletakkan batu-batu di perapian, memjawab pertanyaan sang cucu : “Cobalah ambil sebuah keranjang batu ini dan bawa ke sungai, dan bawakan aku kembali dengan sekeranjang air.”
Anak itu mengerjakan seperti yang diperintahkan kakeknya, tetapi semua air yang dibawa habis sebelum dia sampai di rumah. Kakeknya tertawa dan berkata, “Kamu harus berusaha lebih cepat lain kali “.
Kakek itu meminta cucunya untuk kembali ke sungai bersama keranjangnya untuk mencoba lagi. Kali ini anak itu berlari lebih cepat, tapi lagi-lagi keranjangnya kosong sebelum sampai di rumah.
Dengan terengah-engah dia mengatakan kepada kakeknya, tidak mungkin membawa sekeranjang air dan dia pergi untuk mencari sebuah ember untuk mengganti keranjangnya.
Kakeknya mengatakan : ”Aku tidak ingin seember air, aku ingin sekeranjang air. Kamu harus mencoba lagi lebih keras. ” dan dia pergi ke luar untuk menyaksikan cucunya mencoba lagi. Pada saat itu, anak itu tahu bahwa hal ini tidak mungkin, tapi dia ingin menunjukkan kepada kakeknya bahwa meskipun dia berlari secepat mungkin, air tetap akan habis sebelum sampai di rumah. Anak itu kembali mengambil / mencelupkan keranjangnya ke sungai dan kemudian berusaha berlari secepat mungkin, tapi ketika sampai di depan kakeknya, keranjang itu kosong lagi. Dengan terengah-engah, ia berkata : ”Kakek, ini tidak ada gunanya. Sia-sia saja”.
Sang kakek menjawab : ”Nak, mengapa kamu berpikir ini tak ada gunanya?. Coba lihat dan perhatikan baik-baik keranjang itu .”
Anak itu memperhatikan keranjangnya dan baru ia menyadari bahwa keranjangnya nampak sangat berbeda. Keranjang itu telah berubah dari sebuah keranjang batu yang kotor, dan sekarang menjadi sebuah keranjang yang bersih, luar dan dalam. ” Cucuku, apa yang terjadi ketika kamu membaca Qur’an ? Boleh jadi kamu tidak mengerti ataupun tak memahami sama sekali, tapi ketika kamu membacanya, tanpa kamu menyadari kamu akan berubah, luar dan dalam.




====================================================









{{Arab|1|
حدثنا إسماعيل بن محمد بن أبي كثير الفارسي ، أنبأنا علي بن حجر ، قراءة عليه ، عن يوسف بن زياد ، عن همام بن يحيى ، عن علي بن زيد ، عن سعيد بن المسيب ، عن سلمان ، قال : خطبنا رسول الله صلى الله عليه وسلم في آخر يوم من شعبان فقال : « أيها الناس ، قد أظلكم شهر عظيم ، شهر مبارك ، شهر فيه ليلة خير من ألف شهر ، جعل الله صيامه فريضة ، وقيام ليله تطوعا ، من تقرب فيه بخصلة من الخير ، كان كمن أدى فريضة فيما سواه ، ومن أدى فريضة كان كمن أدى سبعين فريضة فيما سواه ، وهو شهر الصبر ، والصبر ثوابه الجنة ، وشهر المواساة ، وشهر يزاد في رزق المؤمن فيه ، من فطر صائما كان مغفرة لذنوبه وعتق رقبته من النار ، وكان له مثل أجره من غير أن ينتقص من أجره شيء » ، قلنا : يا رسول الله ، وليس كلنا يجد ما يفطر الصائم ، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « يعطي الله عز وجل هذا الثواب من فطر صائما على مذقة لبن ، أو ثمرة ، أو شربة من ماء ، ومن أشبع صائما سقاه الله عز وجل من حوضي شربة لا يظمأ بعدها حتى يدخل الجنة ، وهو شهر أوله رحمة ، وأوسطه مغفرة ، وآخره عتق من النار ، من خفف عن مملوكه غفر الله له ، وأعتقه من النار ، واستكثروا فيه من أربع خصال : خصلتين ترضون بهما ربكم عز وجل ، وخصلتين لا غنى بكم عنهما : فأما الخصلتان اللتان ترضون بهما ربكم عز وجل : شهادة أن لا إله إلا الله ، وتستغفرونه ، وأما اللتان لا غنى بكم عنهما : فتسألون الله الجنة ، وتعوذون به من النار »
}}
Telah mengisahi kami Ismail bin Muhammad bin Abi Katsir al-Faridi, telah mengabari kami Ali bin Hujr dengan pembacaan kepadanya, dari Yusuf bin Ziyad, dari Hammam bin Yahya, dari {{Red|Ali bin Zaid}}, dari Said bin Musayyab, dari Salman, ia berkata: Telah mengkhutbahi kami Rasulullah {{SAW}} di akhir hari bulan Sya’ban. Bersabdalah beliau:
:”Wahai manusia, telah menaungi kalian bulan yang mulia. Bulan yang di dalamnya satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Allah telah menjadikan puasanya wajib dan shalat malamnya adalah sunat.
:Barangsiapa bertaqarrub pada bulan ini dengan satu kebaikan, ia seperti menunaikan satu kewajiban pada selainnya.
:Dan barangsiapa menunaikan satu kewajiban, ia seperti menunaikan tujuh puluh kewajiban pada selainnya.
:Ini adalah bulan kesabaran – adapun pahala kesabaran adalah surga, bulan kepedulian, bulan saat rizki orang mukmin ditambah.
:Barangsiapa membukakan seorang yang berpuasa pada bulan ini, baginya ampunan untuk dosa-dosanya dan pembebasan dirinya dari neraka, dan ia memperoleh pahala seperti pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang itu sedikitpun.”
Kami bertanya: “Wahai Rasulullah, tidak setiap kami mampu membukakan orang yang berpuasa.”
Beliau bersabda:
:”Allah memberikan pahala ini bagi orang yang membukakan orang yang berpuasa dengan seteguk susu, sebiji kurma, atau seteguk air.
:Dan barangsiapa mengenyangkan orang yang berpuasa, maka kelak Allah akan mengenyangkan dengan minum dari telaga yang tidak akan menghauskannya hingga ia masuk ke dalam surga.
:Dan ini adalah bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka.
:Oleh karena itu, perbanyaklah empat hal di saat itu. Dua hal meridhakan Tuhan kalian dan dua hal yang tidak akan dirasa cukup oleh kalian. Adapun dua hal yang meridhakan Tuhan kalian adalah bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan kalian memohon ampun kepada-Nya. Sedangkan dua hal yang tidak akan dirasa cukup oleh kalian adalah kalian memohon surga dan mohon perlindungan dari neraka.”{{Munkar}}. Riwayat ini menyertai riwayat sebelumnya ([[Keutamaan Bulan Ramadhan/15|15]]) yang dalam sanadnya terdapat {{Red|Ali bin Zaid Jad’an}}, seorang perawi yang lemah. {{Kitab|Adh-Dhaifah|2:871}}.














Tidak ada komentar: